SUAKAONLINE.COM – “Allahuakbar.. Allahuakbar,” pekik seorang pria paruh baya di tengah kerumunan aksi penolakan pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL)
Ulil Abshar Abdala di kampus UIN SGD Bandung, Senin (5/5/2014). Pria tersebut nampak kontras dari massa aksi yang mayoritas mahasiswa. Bila ditaksir, usia pria tersebut sudah berkepala empat. Terlihat dari rambut dan janggutnya yang beruban. (BACA:
Aksi Penolakan Sambut Kedatangan Tokoh JIL)
“Saya Agung Suwardono dari Front Pembela Islam (FPI) Bandung Raya,” ujarnya kepada Suaka saat diwawancara di sela-sela aksi.
Agung bukan tanpa sengaja datang ke aksi tersebut. Ia mengatakan, pihaknya mendapat aduan dari mahasiswa bahwa UIN SGD Bandung akan mendatangkan Ulil Abshar Abdala sebagai pembicara di acara seminar Milad ke-19 jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH).
“Kebetulan kami dapat aduan dari mahasiswa, dadakan pas magrib kita juga liat di facebook, panggilan bahwasannya JIL itu sangat menyesatkan,” ucapnya.
Pihaknya mengancam akan membubarkan secara paksa apabila Ulil dan Zuhairi tetap mengisi materi dalam seminar tersebut. “Tolak kedatangan Ulil, kami siap memerangi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa PMH), jika BEM meneruskan acara tersebut,” teriak Agung dengan menggunakan pengeras suara.
Direncanakan sebelumnya, Ulil Abshar Abdala dan Zuhairi Misrawi akan mengisi di seminar dalam rangkaian acara Milad ke-19 jurusan PMH. Namun, jauh hari sebelum acara tersebut berlangsung, sekelompok mahasiswa yang mengatsnamakan Aliansi UIN SGD Bandung Tanpa JIL telah memberi ultimatum kepada pihak kampus untuk membatalkan seminar tersebut.
Ketua jurusan PMH yang juga sebagai penanggungjawab acara, Dudang Gojali, mengatakan, acara tersebut terpaksa dibatalkan karena masalah keamanan. Ia menambahkan, kampus tak memberi jaminan keamanan apabila seminar tetap digelar. Selain itu, pihaknya pun merasa telah ditekan oleh pihak kampus dan ormas Islam.
“Malamnya, saya langsung menghubungi Ulil untuk tidak jadi datang ke kampus sekaligus mengkonfirmasi membatalkan seminar. Karena masalah keamanan,” ujarnya saat dihubungi Suaka di waktu yang sama.
Disayangkan
Banyak pihak yang menyayangkan dibatalkannya seminar yang bertajuk “Rekonstruksi Nalar Fiqh dalam Mewujudkan Mazhab Alternatif sebagai Upaya dalam Membangun Islam yang Solutif,” ini. Karena banyak yang menilai, mencederai kebebasan mimbar akademis UIN SGD Bandung.
(BACA: Kampus Wajib Jamin Kebebasan Akademis)
Salah satunya mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN SGD Bandung, Fikri A. G, yang menyayangkan kejadian tersebut. Menurutnya, hal tersebut tak seharusnya terjadi. Pihak kampus harus tetap menjungjung tinggi kebebasan mimbar akademis. Selain itu, ia mengatakan, para pendemo jangan hanya melihat sosok Ulil-nya saja, tetapi coba kita serap ilmunya dan jadikan hal tersebut jadi medium diaolog.
“Contohlah Hasan Mustofa yang bisa menerima Snouck Horgonje, meskipun Horgonje seorang orientalis. Meskipun berbeda pandangan, tetap kita harus menyelesaikan dengan berdialog,” ujar aktivis Lembaga Ilmu Pengkajian Keislaman (LPIK) ini kepada Suaka, Selasa (6/5/2014).
Sementara itu, pihak kampus mengatakan, kejadian itu hanya permasalahan keamanan saja. Kepala Bagian Humas UIN SGD Bandung, Sakrim Miharja mengatakan, kampus bukannya tidak menghormati kebebasan akademis. Hanya saja, saat itu suasana tidak kondusif dan tak ada koordinasi sebelumnya.
“Demi keamanan, dan nama baik lembaga, sepertinya pak rektor mengambil keputusan untuk membatalkan seminar tersebut,” ujarnya kepada Suaka, Selasa (6/5/2014).
Acara Milad PMH ke-19 tetap berlangsung meskipun tanpa seminar. Karena semua pembicara dibatalkan untuk hadir. Acara berlangsung dengan pembagian hadiah lomba-lomba dan penutupan rangkaian acara Milad ke-19 jurusan PMH.
Reporter : Arijal, Faisal, Iqbal, Wisma/Suaka
Redaktur : Adi Permana