"Loyalis pemerintah, buntut pemerintah, corong pemerintah
kata-kata tersebut sering di ucapkan para sejawat disekitar saya. Cemoohan dan
cacimakian sering mereka layangkan." Sedikit saja.
Saya kuliah di jurusan jurnalistik, bagi kebanyakan orang
jurnalistik diartikan sebagai pembawa informasi untuk khalayak, ya memang. Tak
ayal pekerjaan mulia tersebut selalu membawa pro dan kontra. Bagiku bekerja di
penerbitan pers pemerintah hal yang biasa.
Hal tersebut saya isi demi mengisi kekosongan dan kebosanan
dengan beberapa matakuliah yang tak kunjung jelas keberadaannya. Banyak waktu
kosong, banyak waktu nganggur ya daripada berdiam diri mending menjadi manusia
yang berguna.
Saat ini saya kuliah baru semester V, mungkin terlalu muda
bagi saya untuk berkecimpung di dunia penerbitan berita. Ada yang bilang
ilmunya masih kurang, pengalaman baru sedikit dan lain-lainlah. Justru bagi
saya ilmu dan pengalaman tak akan didapat dengan hanya membereskan mata kuliah.
Ya, contohnya saja banyak dari senior jurusan saya setelah lulus mau berbuat
apa, mungkin ilmu mereka sudah punya tapi pengalaman?
Bekerja sejak dini mungkin saya anggap untuk menabung, selain
menabung atas upah yang saya dapatkan ini juga salahsatu cara bagi saya
menabung pengalaman yang saya dapat ketika peliputan berita, saya percaya
dengan banyaknya pengalaman itu akan menjadi ilmu lebih.
Hilang fokus, ya itulah penyebab saya bosan dengan aktivitas
perkuliahan sehari-hari sehingga saya harus mencari hal baru untuk menghilangkan
semua penat tersebut. Pernah saya mempunyai anggapan “kuliah tak penting karena
saya mendapatkan ilmu banyak diluar”. Anggapan tersebut saya hilangkan karena
tak baik. Mungkin beberapa dosen yang menggugah hati saya sehingga sampai saat
ini saya masih bersemangat kuliah.
Oh iya, kembali lagi pada cemoohan diatas. Mungkin menjadi
jurnalis pemerintah pasti membuat risih para sejawat karena diidentikan “dengan
nama pemerintah” (sepertinya mereka mempunyai pengalaman kelam dengan
pemerintah) ya saya tau bagaimana pemerintah, tapi saya tak pernah suka dan tak
pernah memusuhi mereka karena itu fungsi dari kontrol.
Jurnalis Pemerintah. Ada yang bilang berpihak, tak
independent dan sebagainya. Ya iyalah, orang namanya juga berkecimpung di media
internal. Tapi, beda dengan pers kampus? Ya, jelas beda jugalah. Intinya kita
lihat saja dari karakteristik media tersebut.
Meskipun saat ini saya berkecipung di penerbitan pers kampus
bagi saya beda. Pelajaran media internal kampus sangatlah berbeda dengan
pelajaran di media internal pemerintah. Mungkin ketika sebagai jurnalis kampus
harus mempertahankan idealis dan terus berpegang teguh dengan kebenaran. Tidak memihak
sana sini, beda lagi dengan media
internal pemerintahan. Menaikan citra, patuh dengan atasan ya memang itu yang
harus dilakukan. Mungkin kalian juga tahu apa maksud dan tujuannya, juga apa
yang harus dicapai?
Ketika berbicara independent dan idealis bagi pers umum
harus tetap menjungjung tinggi nilai kebenaran. Ya, memang itu benar. Bagi saya
sebagai jurnalis media pemerintah ada yang saya lakukan tanpa sebelumnya para
sejawat tahu.
“Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran”
salah satu poin yang ada pada 9 elemen jurnalisme Bill Kovac. Disinilah kita
harus nmelihat sudut pandang, ketika pers umum menerbitkan pemberitaan program
pemerintah. Mungkin mereka akan berbicara. Apa? Tujannya? Bagaimana? Dan pasti
akan ada pro kontra karena itulah yang disebut idealis. Bagi saya menjadi
jurnalis pemerintah selain harus beradu pendapat dengan atasan, saya juga harus
tetap menulis dengan tetap menjungjung tinggi kebenaran. Mungkin ketika yang
lain berbicara apa dan tujuannya apa. Saya akan menulis inilah dan seperti ini.
Pers Mahasiswa, Pers Umum dan Pers Pemerintah semuanya pasti
mempunyai pandangan masing-masing dan mempunyai segment masing-masing juga. Karya
pers kampus disebarkan untuk chivitas akademikanya, pers umum disebarkan untuk
masyarakat luas dan pers pemerintah karyanyapun hanya disebarluaskan hpada lingkup
pemerintahnya saja, kantor-kantor dinas biasanya yang mendapatkan dan jarang
masyarakat membaca karena biasanya terbitan pers pemerintah tidak
diperjualbelikan.
Memang benar adanya setiap penerbitan berita mempunyai
pandangan masing-masing. Kata siapa pers umum independen dan tetap idealis
tanpa keberpihakan. Bagi saya tidak! Mungkin pengalaman selama kurang lebih
tiga bulan di penerbitan berita regional Jawa Barat cukup bagi saya, meskipun
belum ada kepuasan. Disanalah saya mempunyai ilmu dan pengalaman.
Pernah berkecimpung di penerbitan pers umum, mejadi jurnalis
kampus dan bekerja juga sebagai jurnalis pemerintah ketiga element tersebut
yang akan menambah ilmu saya dan dapat mengontrolnya baik dalam pemberitaan
ataupun idealism. Saya keberatan jika ada yang menyebut saya loyalis
pemerintah. Itu semua saya lakukan untuk tetap fokus pada satu tujuan yaitu
PERS YANG INDEPENDEN. Bagi saya kebenaran memang paling untama tapi jangan
lupakan juga dengan kemaslahatan karena itu yang terbaik bagi para pembaca.
Semoga manfaat bagi para pembaca, saya menerima kritik dan saran.
ADS HERE !!!