Bandung, Sabtu (27/12/2014) perjalanan menuju Kantor Detik Bandung.
Ku pacu motor ini sekuat tenaga, perjalanan Majalaya Bandung tak begitu
mudah untuk dilalui. Selain harus menembus derasnya air hujan,
kemacetan di Kota Bandung tak terelakan. Dari mulai Jalan Soekarno
Hatta, Kiara Condong, Ahmad Yani hingga Siliwangi.
16.00 WIB,
tiba disana berkumpul bersama teman sejawat Wartawan Jabar untuk
melakukan perjalanan menuju Purwakarta. Kedatangan kami ke Purwakarta
memang ditunggu, kami diperlakukan bak tamu kehormatan. Bagaimana tidak
Mobil Fortuner milik Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang dipakai
ajudannya langsung menjemput kami.
Beberapa menit kami berkumpul
untuk berbincang sejenak dan melakukan brefing. Wartawan Detik,
Merdeka, Kompas dan saya sendiri mengatasnamakan Wartawan LPM Suaka
bersama-sama naik mobil untuk langsung melakukan perjalanan.
Percaya diri, mental menjadi wartawan pers kampus tak seperti wartawan
media menstream. Beda, meskipun sama-sama wartawa tapi beda
idealismenya. Ya intinya walaupun sama hakikatnya berbeda.
Sekira
Pukul 18.30 WIB kami sampai di Pendopo Bupati Purwakarta lalu
dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah shalat magrib di masjid sebrang
pendopo. Pukul 19.00 WIB, acara dimulai. Terdengar lantunan musik sunda
dan terlihat para penari lengser menyambut kedatangan Bupati dari
kejauhan. Warga, khususnya kami awak media langsung berkumpul disumber
suaradan langsung melaksanakan peliputan.
Kental akan Kebudayaan
Acara kali ini ialah peresmian Situ Buled dengan air mancurnya yang
dikatakan terbesar di Indonesia. Seperti sudah diketahui, Purwakarta
kental akan adat sundanya. Terutama kebudayaan sunda buhun yang sampai
saat ini dipertahankan sang bupati. Sebelum melaksanakan peresmian ke
lokasi, acara sudah dimulai dari pendopo.
Seperti sudah menjadi
kebiasaan, setiap kali ada acara kakawihan sunda selalu dilantunkan dan
disndingkan dengan tarian lengser menjadi upacara sakral. Aroma dupa
sangat menyengat menambah kekhusuan para penari dan membuat tegang yang
melihatnya. Beberapa warga terharu mendengar kakawihan dari juru kawih,
ada yang menutup hidungnya, bahkan ada juga yang meneteskan air mata.
Emapat kereta kencana diturunkan dari pendopo untuk diarak langsung ke
lokasi acara, nampak sang Bupati mengikutinya dari belakang, samahalnya
dengan warganya ketika kakawihan dilantunkan oleh juru kawih, para
penari menari dengan lincahnya dan kreta kencana diarak menuju Situ
Buleud, sang bupati nampak terharu, meneteskan air mata.
Ada
beberapa ratus meter dan dibutuhkan beberapa menit untuk sampai ke
lokasi, sebenarnya jarak antara pendopo dengan situ tidak terlalu jauh,
tapi karena saat itu banyak warga yang menyaksikan perjalanan terasa
lama.
Banyak warga berhamburan untuk melihat Bupatinya, bukan
hanya warga Purwakarta saja, tapi warga dari daerah lain seperti
Krawang, Cikampek, Bekasi bahkan mancanegarapun ikut andil dalam
menyaksikan peresmian situ buleud.
Ratusan flash kamera mewarnai
peresmian ini, banyak dari para warga memanfaatkan moment ini dengan
berfoto bersama. Tua muda, anak-anak remaja memenuhi semua jalan
protokol yang dilalui sang Bupati.
Peresmian Air Mancur Terbesar di Indonesia
Situi Buled merupakan situ yang ada di tengah kota dengan luas sekitar 1
hektar menjadi tempat pemasangan air mancur. betapa indah pemandangan
situ tengah kota tersebut.
Situ Buleud merupakan tempat patilasan
raja pajajaran yang sampai saat ini dijaga baik-baik oleh sang bupati.
Sejarahnya dahulu kala raja pajajaran beristirahat di situ tersebut
untuk melihat Badak-badak yang sedang mandi. sebelum masukpun kita akan
disuguhkan dengan replika badak.
Dalam peresmian tersebut sang
bupati menaiki rakit ke tengah situ diikuti para pengawalnya. Sampai di
tengah situ, Dedi Mulyadi atau yang sering disapa Kang Dedi tersebut
disambut dengan tarian-tarian.
Di tengah-tengah situ, para
penari terus menari dengan sejadi-jadinya, diiringi kakawihan yang
menggemparkan seantero Purwakarta, dihiasi kerlap-kerlip lampu dan
pancuran air mancur yang membasahi para penari. 30 menit berlalu dan
Dedi pun menyampaikan terimakasihnya kepada warga Purwakarta yang telah
support dengan peresmian air mancur di Situ Buleud diakhiri pembacaan
sajak sundanya.
Sorak-soray warga Purwakarta, begiru senangnya saat mereka meninggalkan Situ Buleud. 1 Jam berlalu, awak mediapun ikut meninggalkan lokasi acara dan menuju
pendopo. Sekira 15 menit berbincang kami dipanggil oleh ajudan bupati
untuk masuk ke Balai Nagri untuk menemui sang bupati. Ucapan selamat
kami berikan kepada Kang Dedi yang telah sukses atas pencapaiannya.
Bagaimana tidak, pembuatan situ yang biayanya sampai M-M-an didanai
dengan seperempat APBD dan yang lainnya atas dana pribadi dan donasi.
Baru saat ini saya melihat pemimpin yang berani menanggu resiko seperti
itu demi menjaga dan melestarikan kebudayaan sunda.
Ucapan telah
diberikan, saatnya awak media mewawancarai bupati atas kesuksesannya.
Sebelumnya kami berkenalan diri dengan menyebutkan nama dan media. Jika
yang lain "Saya Reni dari
Kompas.com,"
pas giliran saya, "Saya Wisma Putra dari LPM Suaka UIN SGD Bandung,".
Hahaha tawa sang Bupati ketika mendengar kata UIN. "Haha, UIN Kampus
Kebudyaan, resep bapamah,' ujarnya.
Bertemu Idola
Online,
cetak, televisi 45 menit selesai mealukan wawancara, tapi saya melihat
ada dua orang yang berdiam diri disebrang kursi yang saya duduki.
Sebelumnya pria berwajah lonjong, brewokan dan gempal tersebut membuka
pembicaraan. "Punten, sudah beres wawancaranya, jika sudah kami mau
live," kami jawab, "mangga kang lajeng,".
Memang seragam yang
mereka kenakan dari kejauhan tak begitu jelas, par lihat di dada sebelah
kanannya 107.5 FM, oh baru ngeuh ternyata pria yang disebrang tersebut
wartawan PRFM.
Dengan sopannya mereka meminta ijin kepada kami yang lebih dulu mewawancarai sang bupati. Wawancara live mereka pun dimulai.
"Selamat malam pendengar PR dimanapun anda berada, khususnya warga Kota
Bandung. Saya Basith Patria mengudara, menyampaikan informasi langsung
dari pendopo Bupati Purwakarta mengenai peresmian Air Mancur Terbesar di
Indonesia tepatnya di Situ Buleud Purwakarta," entah gimanalah susunan
katanya. Intinya seperti itu.
Hahaha dalam hati berkata, ternyata
itu Basith Patria, ye elah selama ini tiap dengerin PRFM ini orangnya.
Senang, gugup sih ketika mendengar suara aslinya. Kagum berbunga-bunga.
Suaranya lebih mantap didengarkan langsung dibanding didengerin di
radio. Jujur.
Wawancara selesai, Kang Dedi menawari kami makan, "Tos marakan can?". "Pangestu," haha padahal tetap ingin makan lagi.
"Cok bawakeun daang, aya teu?" Beberapa menit sang ajudan mengcek. "Pa
tos seep,". "Hayu atu makan diluar weh!". Semuanya mengikuti sang bupati
keluar dari pendopo dan naik beberapa mobil yang sudah disiapkan.
Perjalanan menuju tempat makan sekitar 30 menit, lagi-lagi, tempatnya
dekat tapi macet karena masih banyak warga yang berlalulalang di
sepanjang jalan protokol Purwakarta.
Pukul 00.00 WIB, kami tiba
di Rumah Makan Soto Sadang. Rumah Makan terkenal yang ada di Purwakarta.
Kamipun memesan makanan dan masih berbincang dengan san bupati.
Pelayan restoran datang, "mau pesan apa pak?" "Soto ayam kampung,
bening," "Minumnya, mau jus alpukat atau apapa?" "Jus alpukat weh,".
Pelayan restoranpun meninggalkan kami, beberapa menit kemudian iapun
datang kembali. "Punten pak jus alpukatnya habis," "Euh koplok, eweh mah
keur naon ditawaran,!" Dengan nada tingginya. Sekali lagi, baru liat
tipe pemimpin seperti ini, haha meskipun begitu tapi tetep top deh,
tegas dan bijaksana.
Kamipun makan makan soto, dengan mium air
teh tawar. Beberpa suap nasi, eh ternyata Basith Patria kembali lagi
nyusul kita untuk ikut makan bersama bupati.
"Obitron mogok kang,
hahaha punten telat," sang bupatipun menjawab, "Hanas we gaya-gaya mawa
obitron," hahaha tawa bersama menghiasi malam tersebut.
Ternyata, Basith Patria duduk disebelah saya dan mulai mengajak
pembicaraan, banyak yang ia ceritakan. (Otomatislah senang, bahagia
kumaha kitulah, anu biasana ngadenga dinu radio ayena diuk gigireun,
Malam di Purwakarta mulai larut, kantukpun melanda. Saya mulai
mengawali pembicaraan. "Kang uih ka Bandung ayeuna?" "Enjing kang,"
jawab Basith Patria. "Ngiring wios?" "Mangga-mangga," jawab temannya.
Sayapun meninggalkan rombongan Wartawan Jabar dan ikut naik mobil PRFM.
Eh dikira mau langsung ke Bandung, ternyata saya ikut ke hotel mereka
tinggal. "Hayu kang ngiring nginep hela weh, kawengian uih ka Bandung
ayeuna mah," kata teman Basith Patria.
Akhirnya, sayapun ikut
mereka, haha senangnya. Ketemu fans, sudahmah ketemu, makan bareng, eh
nginep bareng juga, nuhun kang Basith Patria sareng rengrengan bukan
suara saja, tapi wujud mu kini saya sudah tahun.
Terimakasih Pa
Dedi, Rombingan Wartawan Jabar, Crew PRFM, malam di Purwakarta sangat
indah, semoga silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik.