Dapur pada umumnya bagi setiap
orang merupakan sebuah tempat atau ruangan
yang memiliki perlengkapan dan peralatan khusus untuk memasak. Dapur
yang satu ini berbeda fungsi dengan dapur yang selayaknya digunakan oleh masyarakat.
Ditangan Agus Munawar dan Abdul Kholik dapur ini mampu menghasilkan inovasi dan
kreatifitas tinggi bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Di tanah 2x2 meter yang beralamatkan di Perumahan Kota Baru
Arjasari A1 08 04/03 Desa Arjasari Kecamatan
Arjasari Kabupaten Bandung berdiri sebuah perpustakaan kecil yang berisikan
berbagaimacam buku bacaan. Perpustakaan kecil tersebut dinamai “Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Arjasari” yang didirikan sejak Tahun 2001 dan diresmikan oleh
mantan Bupati Kabupaten Bandung Obar Sobarna pada Tahun 2006 lalu.
Abdul Holik, Ketua TBM Arjasari
mengatakan, dahulunya taman bacaan tersebut merupakan dapur umum untuk memasak.
“Memang taman bacaan ini dahulunya merupakan dapur umum yang sudah tak
terpakai. Selain itu halaman bermain anak dahulunya merupakan tanah pakum yang
ditumbuhi rumput liar,” katanya.
Dari sanalah Agus Munawar sebagai
ketua RT yang sekaligus motor penggerak bersama PAM (Pusat Aktivitas
Masyarakat) mendirikan TBM Arjasari sebagai bentuk kecintaan terhadap masyarakat
khususnya dalam dunia pendidikan.
“Kami menginginkan dengan adanya
TBM, masyarakat menjadi melek huruf dan mendapatkan wawasan yang luas,”
ungkapnya. Istilahnya jika menurut Sri Sultan, “mari kita rubah budaya bicara
dengan baca” agar kehadiran buku menjadi bermakna. Buku akan bermakna bukan
hanya kontekstual saja tapi pengimplementasiaanya untuk memahami isi buku
tersebut.
TBM Arjasari saat ini memiliki
sekitar 8500 koleksi buku. Pada awal pendirian buku-buku di TBM Arjasari
dihimpun dari warga setempat dan pendiriannyapu masih swadaya masyarakat.
Seiring berjalannya waktu TBM Arjasari mendapat banyak dari beberapa csr
seperti PLN dan Biofarma.
Sementara itu dia mengatakan, ada
yang menarik di TBM ini. Setiap harinya
buku berkurang jumlahnya karna banyak dipinjam oleh warga. “Setelah dipinjam
buku tersebut jarang kembali. Hal itu sudah biasa. Bayangkan dari awal
pendirian yang sebelumnya koleksi buku mencapai 12.000, sekarang hanya ada
sekitar 8500,” katanya.
Secara prinsip TBM Arjasari
mempunyai kebijakan, “Memang secara aturan buku yang sudah dipinjam harus
dikembalikan. Jika tidak ada yang mengembalikan kami tak mempersoalkan. Dengan
hilangnya buku dari kami mudah-mudahan partisipasi masyarakat terhadap buku
menjadi naik.”
TBM Arjasari beroprasi setiap
hari, dari pagi sampai sore dan tidak ada hari libur. Abdul mengatakan taman
ini ramainya jika weekand tiba seperti sabtu dan minggu. :Banyak orang yang
berkunjung ke TBM Arjasari, khususnya rombongan Paud dan anak-anak SD yang
mempunyai tugas untuk mencari referensi buku pelajaran,” ungkapnya.
Membaca di TBM Arjasari Bernuansa Alam
Kicauan burung dan hembusan angin
seperti membawa kita kesuatu tempat yang jauh dari hingarbingar kehidupan kota.
Jika kita mengunjungi TBM Arjasari suasana tersebut akan membuat betah, apalagi
ditemani dengan beberapa buku bacaan.
Anak-anak berlari kesana kemari.
Ada yang sibuk membaca, menggambar dan ada juga anak-anak yang bernyanyi dengan
riang gembira. TBM Arjasari berdiri ditanah yang dikelilingi oleh pepohonan.
Juga memberikan landscape keindahan alam. “Antusiasme masyarakat saat ini untuk
membaca semakin tinggi. Abdul berharap kepada pemerintah Kabupaten Bandung
memberi dorongan baik materi atau spirit. Selain itu pelatihan-pelatihan
terhadap warga perlu juga dilakukan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi
masyarakat,” katanya.
“Selain untuk mendididik
masyarakat dengan baik, khususnya anak-anak yang harus mendapatkan pengetahuan dini sejak
lingkungan. Karena dengan menjaga lingkungan kita sebagai manusia yang diciptakan
allah mulai belajar mencintaai alam,” pungkasnya. Wisma Putra
ADS HERE !!!