[Suakaonline] - Perhelatan Musik Djarum Cokelat Napak Jaga Pasundan 2013 digelar di 18 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat yang menampilkan tradisi sunda etnik modern dan tradisional.
Djarum Cokelat kali ini mengusung tema “Ngider Dyeuh, Mapay Lembur”,
Bandung merupakan Kota terakhir yang disambangi Djarum Cokelat yang
dilaksanakan di Lapangan Tegalega Bandung.
Budhi Agoes Salim
(42) selaku Marketing Services Officer Djarum Cokelat mengatakan, Dalam
perhelatan kali ini Djarum Cokelat menampilkan beberapa Kesenian asal
Sunda, “kesenian lais, angklung buhun, celempung, karinding, wayang
Pojok Si Cepot dan Doel Sumbang turut meramaikan acara ini,” ujarnya saat ditemui Suaka di belakang panggung, Rabu (11/12).
Ia
menambahkan, Djarum Cokelat yang kental dengan kedekatan Masyarakat
Sunda mencoba mengembangkan dan mengenalkan kembali Kebudayaan Sunda
kepada masyarakat luas.
Arifudin
(60), rombongan kesenian Lais dari Kabupaten Garut mengatakan dirinya
berharap dengan adanya acara yang digelar oleh Djarum Cokelat bukan
hanya menjadi tontonan “Ini bukan tontonan, ini kebudayaan turun temurun
kita yang harus kita pertahankan,” katanya saat ditemui didepan panggung acara, Rabu (11/12).
Mengenal Kesenian Lais
Kesenian
Lais merupakan kesenian asli Sunda asal Kampung Cibatu Kabupaten Garut,
Dahulunya Kesenian ini digunakan untuk memetik buah kelapa, yang
berpindah dari dahan ke dahan. Namun saat ini kebiasaan tersebut diubah
menjadi olahraga akrobatik atau permainan tradisional masyarakat Sunda.
Kesenian
Lais diambil dari nama seorang warga Kampung Cibatu yaitu Laisan yang
terampil dalam memanjat Pohon Kelapa yang sehari-hari dipanggil Pa Lais,
Permainan
yang dahulunya menggunakan Pohon Kelapa, Warga Cibatu Kabupaten Garut
mengembangkan Permainan ini dengan menggunakan dua batang Bambu Surat
sepanjang 11.5m dan disanggah dengan menggunakan seutas Tambang Akar
Kerambay di ujung Bambu tersebut.
Aktrasi
Akrobatik yang dilakukan oleh pemain Lais yang ditontonkan mula-mula
seseorang memanjat bambu yang satu pindah ke bambu lainnya yang
berpindah menggunakan Tali Tambang dan melakukan Aktrasi Tari dan
berputar-putar diatas Tali tersebut.
Nandi
(40), Pemain Lais Warga Kampung Cibatu Garut mengatakan, Permaianan ini
umumnya digunakan sebagai pertunjukan pelengkap dalam suatu pagelaran
seni dan diiringi oleh alunan music kendang penca, “Dari
tahun 1925 sampai 1999 kesenian ini sempat vakum, namun dari 1999
sampai sekarang Kesenian ini mulai kami kenalkan kembali,” Ucarp Nandi
saat ditemui panggung acara Djarum Cokelat Napak Jaga Pasundan 2013
dilapangan Tegalega Bandung, Rabu (11/13).
“Saat
ini, saya dan kawan-kawan di Kampung Cibatu sedang mengenalkan Kesenian
ini kembali kepada anak-anak muda agar tetep melestarikan Kesenian
ini,” pungkas Nandi.